> " do not only work hard but work smartly - jangan hanya bekerja dengan keras, tetapi bekerjalah dengan cerdas

JALANAN

Siang ini kupacu kembali sepeda motorku, cuaca agak tidak menentu menemaniku untuk perjalanan menuju tempat aku bekerja. Jakarta Pusat tempat ku bekerja, memang jarak yang cukup lumayan jauh dari tempat aku tinggal, bekasi. Jarak tempuh 29 Km dari tempat aku tinggal menuju tempat kerja sudah biasa dan harus aku lakukan. Belum lagi jika aku nginap di rumah sepupu, yang berjarak 9 Km dari tempat tinggal. Nah, di siang ini aku berangkat dari rumah sepupuku, tidak ada sedikit tersirat dalam pikiran ini akan terjadi pertengkaran. Berkendara dengan nyalip kiri-kanan sudah menjadi kebiasaan dan keharusan aku lakukan di jalanan ibukota, demi mengejar waktu (jika telat.red) dan demi mengejar gengsi (anak muda rek.. .red) di jalanan. Nah, entah kenapa pada masa seperempat perjalanan menuju tempat kerja, ada orang dengan mengendarai motor matic menyalip aku dengan tiba-tiba, sontak aku kaget bukan kepalang... Aku pikir iseng, so aku mulai beraksi (hemm, udah kayak lagu kota* ja) dengan motor kesayanganku, BGZ. Salip-menyalip pun terjadi di jalan kalimalang. Aku ga pikir panjang, toh sudah punya pengalaman buruk di jalanan ibukota ini. Tiga kali jungkir balik mencium aspal rasanya sudah tidak takut lagi untuk menuju kesana. Tapi, dengan pengalaman buruk itu, aku semakin harus lebih berhati-hati. Nah, pada saat dia hendak menyalip dari kanan, dimana di depan aku itu ada sebuah mobil mikrolet dan tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah mobil box. Hampir aja dia itu laga kambing di jalanan kalau tidak aku mengalah memberi dia ruang untuk jalan sejajar dengan aku. Setelah itu, aku memperlambat laju sepeda motorku, dan dia berusaha mendekati aku dan menyalip lagi di depan aku. Aku semakin bingung dan sempat emosi juga, mulai lagi aku menunjukkan aksi yang tak seberapa itu jika dibandingin dengan lae Valentina Ossy. Tak berapa lama kemudian, lampu merah yang menghentikanku. Dan dia pun, yang mengendarai motor matic itu dang menghampiriku, dan berusaha meraih kerah jaket aku dan berkata "kamu gak senang sama saya?". Aku malah tertawa dengan pertanyaan atau peryataan yang dia lontarkan. Aneh tidak, tidak mendung dan tidak mau hujan bahkan cuaca tidak begitu panas untuk ukuran siang hari. Dia pun keliatan marah sekali atas tindakan yang saya lakukan sebelumnya selama beraksi di jalanan. huhhhffftt..

Seorang p**isi ternyata, yang lepas tugas yang hanya memakai celana dan kaos coklat dan jaket jeans yang menutupinya. Aku pun sempat kehilangan nyali setelah melihatnya dengan jelas. Tapi aku masih berpikir panjang, tidak ada gunanya beradu pendapat di jalanan, yang toh aku akan tetap bersalah. Namun di balik itu, aku sempat juga jadi emosi dengan kata-kata dia yang berkata "Apa mau ku tembak kau?" Omongan wajar kah dari seorang aparat kepada sipil yang tidak jelas apa salahnya? Dimanakah wibawa seorang yang katanya pengayom dan pelindung masyarakat? Apa karena punya senjata makanya berani mengancam sipil seperti saya? Jujur saja, saya dari kecil sudah memegang senjata, saya keluarga aparat juga. Saya tidak mau, nama baik keluarga saya juga tercoreng hanya karena emosi jalanan. Minta maaf tetap aku lakukan, walau aku tidak merasa bersalah sedikitpun. Entah memang bersalah, anda pembaca lah yang menilai dari kejadian yang aku utarakan ini. Sepertinya dia masih tidak terima maaf yang aku sampaikan, dengan berkata "ya, udah pergi sana, tapi aku akan mengikuti kamu terus". Masih tetap ancaman yang aku terima. Semakin tidak tenang perasaan ini.

Setibanya di pertigaan kalimalang-pondok kelapa aku pun berbelok arah ke arah pondok kelapa, dan dia pun tetap melaju di jalan kalimalang menuju cawang. Sedikit lega perasaan ini. Dan dalam sisa perjalanan menuju tempat kerja, aku masih terus berpikir akan kejadian yang baru aku alami. Kenapa dan mengapa bisa seperti itu tadi ya? Hemm, yang pasti tetap jadi pelajaran juga buatku..




No comments: